Dalam atsar sebagian sahabat berkata, “Sungguh nafsu terkadang menghadap dan berpaling. Maka gunakan kesempatan saat ia sedang menghadap. Dan tinggalkanlah ia saat sedang berpaling. Sungguh Alloh mencela ahli kitab dengan firman-Nya, “…dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhoan Alloh, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya…” QS. Al Hadid: 27
Seorang muslim yang terbina juga harus menjauh dari pergaulan yang tidak berguna dengan sesama manusia karena hal itu menyibukkan hati dan menyia-nyiakan waktu sehingga melalaikan hal-hal yang semestinya lebih penting. Akan lebih baik jika seorang muslim terbina menjadikan bergaul dengan manusia seperti layaknya kebutuhan makan siang dan makan malam. Artinya bergaul dengan manusia cukup dilakukan sekedar kebutuhan. Hal ini tentu saja akan lebih mengenakkan tubuh dan hati.
Barangsiapa mengerti kadar kecukupan dirinya terkait penghidupan dan penjagaan agamanya maka lebih utama baginya mengambil sekedar kebutuhan akan pergaulan dengan tetap memelihara iltizamat individu dan jamaah serta hak-hak kaum muslimin seperti mengucap dan menjawab salam, menjenguk orang sakit, menghadiri jenazah, mengajarkan kepada mereka apa yang mereka butuhkan dan memberikan manfaat kepada mereka sesuatu yang diharapkan bisa menjadikan mereka semakin baik dan lain-lain. Alloh berfirman, “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.” QS. Al Isro: 84.
Selasa, 25 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar